Quantcast
Channel: Gizinet
Viewing all 547 articles
Browse latest View live

Struktur Organisasi dan TataKerja Kemenkes RI Baru


Alamat SIGIZI untuk 2016

$
0
0

Visi dan Misi Kementerian Kesehatan RI tahun 2010-2014, telah ditetapkan strategi utama, yaitu: Pertama, menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat; Kedua, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas; Ketiga, meningkatkan sistem survailans, monitoring dan informasi kesehatan; dan Keempat, meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dalam rangka melaksanakan strategi tersebut diatas terutama strategi untuk meningkatkan sistem survailans, monitoring dan informasi kesehatan, Direktorat Bina Gizi telah mengupayakan untuk meningkatkan sistem surveilans gizi melalui pemantapan pelaporan data gizi berbasis website.

Salah satu kendala pada sistem pelaporan gizi saat ini adalah masih kurangnya pemanfaatan teknologi informasi, sehingga untuk informasi yang bersifat segera tidak dapat dikelola dengan baik akibat tidak tersedianya sistem jaringan yang memadai baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Dalam rangka mengatasi kelemahan tersebut, Direktorat Gizi Masyarakat telah mengembangkan sistem pelaporan berbasis website  untuk mendukung pelaporan capaian indikator kegiatan pembinaan gizi dari daerah.

Sistem ini sebagai acuan bagi petugas pengelola data dan informasi kegiatan pembinaan gizi, untuk melakukan proses data entri data capaian indikator kegiatan pembinaan gizi di masing-masing daerah secara cepat, akurat dan berkelanjutan. Dengan penerapan sistem pelaporan berbasis website ini, maka perkembangan capaian kegiatan pembinaan gizi dapat segera diketahui secara cepat dan berkelanjutan yang selanjutnya akan dimanfaatkan dalam rangka pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, respon tindak lanjut dan bahan perencanaan.

Perubabahan kebijakan tentang RPJMN 2014-2019 tentang indikator pembinaan gizi, Sistem Informasi Gizi (SIGIZI) menyesuaikan dengan indikator atau variabel baru yang mau tidak mau input data dan laporannya mengalami perubahan dari SIGIZI sebelumnya. Untuk itu kami informasikan kepada para pengelola gizi Dinkes Provinsi, Kabupaten dan Kota alamatnya berubah menjadi : gizi.depkes.go.id/sigizi/newgen/ klik disini username dan password  sama dengan SIGIZI 2015.

Demikian informasi kami sampaikan, terima kasih atas kerjasamanya.

Wassalam

Admin

NutriClin versi 4 telah didistribusikan

$
0
0

Jakarta, 8/4. Gizinet. Piranti lunak NutriClin versi 4 telah didistribusikan ke seluruh Dinas Kesehatan Provinsi pada akhir tahun 2015 lalu. Versi 4 ini merupakan pembaharuan dari versi 3 dengan beberapa fitur tambahan. Perubahan tersebut pada dasarnya sebagai upaya untuk lebih mempermudah pengoperasian alat bantu konseling gizi dimaksud.

Pada versi 4, semua database dapat diisi dan disunting oleh para pengguna. Beberapa perubahan diantaranya adalah database kelurahan. Jika pada versi sebelumnya terkunci dengan kode pos, pada versi 4 bebas menambahkan sesuai jumlah kelurahan/desa yang ada. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi kewilayahan saat ini yang sering terjadi pemekaran wilayah, mulai tingkat desa sampai dengan kabupaten. Selain itu, sudah ditampilkan status gizi anak balita berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak pada Kepmenkes nomor 1995 tahun 2010.

Provinsi yang sudah melakukan sosialisasi NutriClin versi 4 adalah Banten dan Bali. Respon peserta sosialisasi di kedua provinsi sangat tinggi. Namun demikian, sebagaimana pada umumnya sebuah piranti lunak komputer, diperlukan tahap pembelajaran dalam waktu yang tidak sebentar. Selain pengenalan menu yang ada pada papan panel, pengguna juga diharapkan mahir mengoperasikannya sambil tetap melakukan konseling inter-personal, sehingga klien tidak merasa bosan.

Untuk memperluas penyebaran, Redaksi telah mengunggah file “installer” dan file panduan pada Menu MENGUNDUH di situs ini. Jika ada yang berminat lebih mendalam, para peminat dapat berhubungan dengan Redaksi. (Tim Gizinet).

Standar Antropometri Akan Direvisi

$
0
0

Jakarta, 9/4. Gizinet – Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1995 tahun 2010, akan direvisi. Informasi ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.02.02/Menkes/145/2016 tertanggal 19 Februari 2016, tentang Kelompok Kerja Penyusunan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Masyarakat. Kelompok Kerja (Pokja) akan bekerja merumuskan Standar Antropometri untuk Anak, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Orang Dewasa, dan Lanjut Usia. Pokja bertugas melakukan kajian akademis untuk menetapkan standar antropometri bagi kelima kelompok sasaran diatas.

Pokja Antropometri terbagi kedalam tiga area kerja, yaitu : Pokja I untuk kelompok Anak, Pokja II untuk kelompok Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, serta Pokja III untuk kelompok orang dewasa dan lanjut usia. Ketiga Pokja akan bekerja secara maraton sampai dengan pelaksanaan Lokakarya yang direncanakan pada bulan November 2016. Anggota Pokja terdiri dari pakar, peneliti, profesi, maupun praktisi dibidang kesehatan dan gizi. Organisasi profesi yang terlibat dalam penyusunana ini adalah IDAI, PAPDI, PERSAGI, IBI, PPNI, POGI, dan Pergizi Pangan, Selain itu, institusi yang terlibat adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonusa Esa Unggul, Divisi Geriatri RSCM, dan Poltekkes Jakarta II.  Lingkup Kementerian Kesehatan yang terlibat adalah Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga, Biro Hukum, dan Setditjen Kesmas.

Ketua Umum Pokja adalah Direktur Gizi Masyarakat, Ditjen Kesehatan Masyarakat; sedangkan Pengarah terdiri dari Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan. Kegiatan Pokja pada tahun 2016 ini merupakan kelanjutan dari Pra-Lokakarya Antropometri yang telah dilaksanakan pada tanggal 26-27 Oktober 2015 di Bogor. (Tim Gizinet).

Laporan akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Gizi 2015

Pekan ASI Seduia (PAS) tahun 2016 dengan tema global “Breastfeeding: A key to Sustaining Development”

$
0
0

Pekan ASI Sedunia (PAS) tahun 2016 dengan tema global” Breastfeeding: A key to Sustaining Development” yang mengamanatkan bahwa menyusui merupakan kunci keberhasilan SDG’s. Terna Pekan ASI Sedunia (PAS) tahun 2016 adalah “lbu menyusui sampai 2 (dua) tahun lebih hemat, anak sehat dan cerdas; dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera’.

Unuk memperingati PAS tersebut diharapkan setiap instansi terkait di Pusat maupun Daerah dapat melaksanakan kegiatan yang dapat mendukung Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Untuk mendukung kegiatan tersebut kami sampaikan Surat Peringatan dan Pedoman kegiatan PAS tahun 2016 sebagai acuan dalam pelaksanaan PAS tahun 2016.

Surat Peringatan Pekan ASI Sedunia Tahun 2016, Selengkapnya

Dowlnload Pedoman_PAS_2016

 

 

Makanan Merupakan Alat Pemersatu

$
0
0

Jakarta, 4/11-Gizinet. Binthe Biluhuta merupakan salah satu Makanan Khas Daerah Gorontalo yang dapat dikategorikan dalam kelompok makanan pokok dan juga termasuk makanan organic tinggi karena terbuat dari bahan alami yang mudah diperoleh serta mudah dalam proses pemasakannya. Binthe Biluhuta sudah dikenal mulai zaman dahulu yang menjadi makanan seharian yang turun temurun diperkenalkan oleh orang tua kepada keturunannya, dan belum diperoleh informasi kapan pertama kali Binthe Bilihuta ini diperkenalkan dan disajikan pada pelaksanaan tradisi dan budaya daerah di Gorontalo.

Binthe Biluhuta sudah ada sejak pertikaian raja-raja di abad ke-15. Jagung yang bercerai berai (dipipil) itu dianalogikan sebagai reja-raja yang bertengkar, namun ketika jagung pipil dicampur dengan bahan rempah-rempah dan menghasilkan Binthe Biluhuta yang lezat, maka disitulah makanan ini menjadi pemersatu antara raja-raja yang bertengkar (Pateda, M).

Sedikit kita menyimak tentang Sumpah Pemuda. Ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia untuk bersatu memperjuangkan kemerdekaan.

Kembali ke Binthe Biluhuta atau biasa juga disebut Milu (Jagung) Siram dengan nama Internasional Gorontalo Corn Soup, pada tahun 2000 pernah memenangkan penghargaan dalam International Quisine Contes yang diselenggarakan oleh Departement Agromonomi University of The Philipines Los Banos (UPLB).

Perhatian daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Gorontalo, dalam rangka melestarikan budaya daerah Gorontalo melalui makanan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pembelajaran Ilmu Gizi berbasis makanan khas daerah Gorontalo.

Pada bulan September 2016 Binthe Biluhuta ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia dengan domain Kemahiran dan Kerajinan kategori “Kuliner Tradisional” oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang patut dijaga dan dilestarikan.

 Adapun bahan dan cara membuat Binthe Biluhuta ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Bahan :Jagung muda                     400 gr
Kelapa parut                     150 gr
Ikan                                 250 grBumbu :
Batang bawang                  2 btg
Daun kemangi                   1 ikat
Garam                              secukupnya
Bawang goreng                 secukupnya
Jeruk                               1 buahBumbu yang dihaluskan :
Bawang merah                 6 siung
Cabe kecil                       20 buah
Cara membuat :
  1. Jagung pipil dicuci bersih kemudian direbus sampai matang
  2. Ikan dipanggang/dikukus lalu disuwir-suwir
  3. Setelah jagung matang masukkan ikan yang telah disuwir-suwir, campurkan kelapa parut, bumbu yang telah dihaluskan, garam, aduk menjadi satu
  4. Sajikan binthe biluhuta dengan ditambahkan irisan bawang, daun kemangi dan bawang goreng, serta sedikit perasan jeruk

Hasil : 4 porsi

 

Dengan nilai gizi dari Binthe Biluhuta tersebut adalah :

Zat gizi

Nilai gizi

Total

Per porsi

Energi (kal)

1.780,5

445,13

Protein (gr)

80,10

20,0

Lemak (gr)

47,4

11,9

KH (gr)

269,0

67,3

Vit A (SI)

2.150,0

537,5

Vit B1 (mg)

1,5

0,38

Vit C

6,0

1,5

Calsium (mg)

98,0

24,5

Fosfor (mg)

1.174,5

293,6

Ferum (mg)

12,9

3,2

Natrium (mg)

251,2

62,8

Kalium (mg)

750,0

187,5

 

Dengan melihat komposisi zat gizi dan bahan yang digunakan, maka keunggulan dan khasiat Binthe Biluhuta tersebut adalah :

  1. Merupakan pangan fungsional artinya bahan yang mengandung komponen bioaktif yang dapat memberikan efek fisiologis multifungsi bagi tubuh.
  2. Antisipasi kanker, menjaga kolesterol dan gula darah, menurunkan hipertensi, antisipasi obesitas.
  3. Menjaga kesehatan mata karena mengandung vitamin A yang cukup tinggi.
  4. Mengandung Ferum (Fe) dan Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh remaja yang sedang mengalami haid atau menstruasi dan ibu hamil.
  5. Mengandung vitamin E (pada jagung) sebagai anti oksidan dan membantu pertumbuhan, terutama untuk mengencangkan kulit, sehingga baik digunakan untuk diet kecantikan bagi remaja putri dan ibu.
  6. Mengandung asam folat yang berguna untuk antisipasi kelahiran bayi normal.
  7. Mengandung thiamin untuk menjaga kesehatan syaraf.
  8. Dapat mengatasi bau mulut, mengobati keputihan, anti radang, menjaga kesehatan jantung, melawan menopause dini yang merupakan kegunaan dari daun kemangi.

Demikian sajian singkat tentang Binthe Biluhuta yang merupakan salah satu makanan khas daerah Gorontalo dan pernah dijadikan simbol Pemersatu bagi raja-raja di Gorontalo, pada peringatan Sumpah Pemuda ini, mari kita jalin kembali persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menuju Indonesia Berbudaya, Bermartabat, Maju, dan Jaya.

Semoga bermanfaat, salam : Sehat melalui Makanan Tradisional.

BINTHE BILUHUTA : Makanan Merupakan Alat Pemersatu
Sajian khusus dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda
(Oleh : Sofyan Tambipi-Gorontalo, 2016)

Ayoo…Kunjungi Bazar Buah, Ikan dan Sayuran..Harga OPS..!!!

$
0
0

Click here to view the embedded video.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat ksehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Indonesia saat ini mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatknya kematian kesakitan akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, diabetes dan lain-lain akan menambah beban pemerintah.

Meskipun kesakitan dan kematian akibat penyakit menular (PM) semakin menurun prevalensi penyakit secara umum masih cukup tinggi. Karena masih banyaknya perubaan perilaku hidup pola makan dengan gizi tidak seimbang kurang aktifitas fisik, merokok dan lain-lain.

Untuk mensukseskan Gerakan Masyarakat Sehat dengan fokus kegiatan Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah, Direktorat Gizi Masyarakat bekerjasama dengan Asosiasi Pasar Tani dibawah Binaan Ditjen Holtikulura Kementerian Pertanian dan Koperasi Mina utama Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menyelenggarakan bazar buah, sayur dan ikan pada hari Jumat, 13 Januari 2017.


PMT; Cukupkah menyelesaikan masalah gizi Bangsa?

$
0
0

Jakarta-GIZINET, 161/2017.Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Indonesia hari ini masih memiliki beban gizi sebagai masalah kesehatan masyarakat utama yang perlu diselesaikan. Data surveilans gizi atau pemantauan status gizi (PSG) Indonesia tahun 2016 menyebutkan bahwasanya persentase balita kurus di Indonesia sebesar 11,1%, angka tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia termasuk Negara dengan kategori masalah gizi akut (>5%). Pemerintah terus berupaya meningkatkan status gizi masyarakat, sehingga hal ini menjadi fokus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan, yang beberapa targetnya meliputi peningkatan status gizi balita, diantaranya adalah:

  1. Menurunnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (8%)
  2. Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita (17%)
  3. Menurunnya prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta (28%)
  4. Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) anak balita (9,5%)

Menyikapi hal tersebut, direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes RI sebagai garda terdepan pembangunan gizi masyarakat Indonesia memiliki rencana kerja dalam rangka memperbaiki status gizi balita, yakni dengan memberikan makanan tambahan (PMT) bagi balita kurus di Indonesia. Pada tahun 2015-2019, ditargetkan sebanyak 90% balita dengan status gizi kurus mendapatkan PMT, namun hingga pada tahun 2016, persentase balita kurus yang mendapat PMT masih sebesar 62,8%, artinya hal ini masih menjadi tugas bagi pemerintah dalam pengadaan dan pendistribusian PMT hingga sampai ke meja makan keluarga balita kurus di Indonesia.

Program PMT dianggap menjadi intervensi yang tepat bagi percepatan perbaikan gizi yang berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), seperti yang telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang berfokus pada 1000 HPK. PMT yang dihasilkan adalah berupa makanan tambahan pabrikan, yang lebih praktis dan lebih terjamin komposisi zat gizinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balita kurus.

Program PMT di Indonesia telah berjalan sejak tahun 1997, namun permasalahan gizi bangsa belum kunjung berakhir, hal ini mengindikasikan bahwa manajemen pelaksanaan program PMT masih perlu ditingkatkan lagi. Untuk itu, kementerian kesehatan sejak tahun 2016 telah menginisiasi langkah monitoring dan evaluasi (monev) untuk memantau keberlangsungan program PMT di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan monev ini diharapkan pemerintah dapat melihat lebih detil terkait capaian program PMT di lapangan serta hal-hal yang menjadi problem di daerah, sehingga dapat mengembangkan sistem manajemen PMT menjadi lebih baik.

Sampai saat ini, kita menyadari bahwasanya masalah gizi kurang adalah masalah yang multifaktorial. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan status gizi seperti penjaringan dan pelacakan kasus gizi buruk, pengawasan tumbuh kembang anak melalui posyandu, hingga pengadaan PMT, tidak akan kunjung berhasil ketika tidak ada dukungan keluarga didalamnya. Keluarga menjadi kelompok intervensi yang sangat berpengaruh dalam peningkatan status gizi balita, dengan menerapkan gerakan masyarakat hidup sehat (germas) dengan pendekatan keluarga (DPK) diharapkan anggota keluarga dapat berperan aktif dalam upaya hidup sehat. Germas DPK dalam rangka peningkatan status gizi keluarga dapat dilakukan dengan cara:

  1. Keluarga mengikuti program KB
  2. Ibu bersalin di fasilitas kesehatan
  3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
  4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
  5. Pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan

Dengan menciptakan kolaborasi yang baik antara gerakan pemerintah dan keluarga, maka kita semua turut ikut serta dalam pembangunan gizi menuju bangsa sehat yang berprestasi.

 Ditulis Oleh:
Rahma Ismayanti
Mahasiswa angkatan 2013 jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat – Universitas Negeri Malang

Peringatan Hari Gizi Nasional ke-57 Tahun 2017

$
0
0

Jakarta, GIZINET (25/1). Hari ini 25 Januari 2017, Indonesia kembali memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) yang ke-57. Puncak peringatan dilaksanakan melalui penyelenggaraan Workshop Nasional dengan mengambil tema Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat sebagai bentuk dukungan Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yang juga disertai dengan pameran gizi dan kesehatan, sesi  poster gizi, serta bazar sayur dan buah yang dilaksanakan di Kementerian Kesehatan RI. Peringatan HGN kali ini dibuka langsung oleh Ibu Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Nila Djuwita F Moeloek, SPM(K). Dalam sambutannya, Ibu Menteri Kesehatan RI menekankan betapa pentingnya konsumsi sayur dan buah, terutama produk lokal secara bervariasi minimal 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap harinya.

Sesuai dengan tema, workshop kali ini menghadirkan narasumber dari lintas sektor dan program serta mitra pembangunan yang membawakan materi diantaranya tentang produksi sayur dan buah nasional, konsumsi sayur dan buah hasil susenas 2017, dan global health survey. Indonesia juga kedatangan Lawrence Haddad,  peneliti senior yang secara khusus datang untuk memaparkan hasil dari Global Nutrition Report 2016 yang menggambarkan posisi Indonesia diantara negara ASEAN lainnya serta kemajuan yang telah dicapai terutama untuk penanggulangan masalah gizi.

Workshop semakin lengkap dengan Expose Hasil PSG 2016, pengumuman pemenang Lomba Menu MP-ASI untuk Anak 6-11 bulan dan 12-23 bulan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Pergizi Pangan, serta Lomba Poster Awas Lemak Gula Garam yang diselenggarakan oleh Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) sebagai rangkaian dari peringatan HGN 2017. Dengan keterlibatan media nasional yang turut hadir pada acara ini, diharapkan pesan penting dalam workshop tidak hanya sampai kepada peserta namun juga dapat di ketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia. Mari Bersama Membangun Gizi, Menuju Bangsa Sehat Berprestasi . (YuniZ)

*Seluruh materi dalam workshop dapat diunduh dibawah ini:

Haddad GNR Jakarta

25012017_PSGiziFKMUHEBL_1000HPK_dd I

25012017_PSGiziFKMUHEBL_1000HPK_dd II

NewPresentasi HGN-GiziUI 2017_LengkapNew I

NewPresentasi HGN-GiziUI 2017_LengkapNew II

Presentasi FKM Undip 2017

Studi TTD rematri MI_HGN 25 Jan 2017_OK

Updating TKPI_HGN_250117_Final (GAIN)

GEMARIKAN KEMENKES 250117

Materi DIR PPHH untuk HGN KE-57

23-1-17 KEY NOTE SPEECH MENKES-HGN 2017_Ed Ringkas

GSHS_diseminasi diseminasi agus Nunik 25 jan 17

Paparan BPS, Konsumsi Buah Dan Sayur

 

 

 

Stunting dan Kesehatan Lingkungan

$
0
0

Jakarta, GIZINET (10/2). Stunting, sebuah istilah untuk anak yang secara antropometri lebih pendek dari rerata tinggi badan normal anak-anak seusianya (secara tegas dalam standar WHO 2005 disebutkan bila berada dibawah -2 Zscore untuk stunted/pendek dan dibawah -3 Zscore untuk severe stunted/sangat pendek).

Saat ini stunting menjadi topik perbincangan di dunia gizi dan kesehatan karena salah satu masalah gizi ini rupanya menjadi ancaman terbesar bagi kualitas hidup manusia di masa mendatang. Tidak hanya urusan tinggi badan, stuting menjadi penting untuk diberantas karena terkait dengan hambatan pertumbuhan otak anak, penurunan kualitas belajar hingga penurunan produktivitas di usia dewasa dan ancaman peningkatan penyakit tidak menular (obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dsb). Dan yang perlu digarisbawahi adalah hingga saat ini masih banyak orang tua yang tidak menyadari masalah pendek pada anak karena seorang anak yang stunting umumnya tidak terlihat seperti anak yang bermasalah, dan hal ini seperti dianggap umum saja bila dari orang tua yang pendek maka wajar bila anak-anaknya juga pendek. Dengan 27,5% balita Indonesia yang stunting (PSG, 2016), ini menjadi tantangan besar tidak hanya bagi pemerintah namun juga semua sektor yang terkait.

Masalah stunting tidak hanya disebabkan oleh asupan makan yang kurang dari kebutuhan. Seperti halnya masalah kurang gizi lainnya, bahwa secara langsung stunting memang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup serta ancaman penyakit infeksi yang berulang dan kedua hal ini saling mempengaruhi. Namun bila dilihat lebih dalam bahwa dua penyebab langsung ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh ibu, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, hingga sanitasi lingkungan.

unicef kesling

berbicara stunting dan kesehatan lingkungan, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kontribusi penyehatan lingkungan terhadap pengentasan masalah stunting cukup besar, salah satunya penelitian tentang anak-anak di Bangladesh yang terakses air minum bersih, jamban, serta fasilitas CTPS pertumbuhan tinggi badannya 50% bertambah lebih tinggi dibanding anak yang tidak mendapat akses tersebut (Lin A, et al. dalam Environmental Health Perspectives ; vol 122)

Dalam sebuah jurnal juga disebutkan bahwa hygiene dan sanitasi yang buruk menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil yang mengurangi penyerapan zat gizi dan meningkatkan permeabilitas usus yang disebut juga Environmental Enteropathy (EE) dimana terjadi pengalihan energi, yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk melawan infeksi dalam tubuh. (EHP vol.122)

“the more stunted the child, the more likely it is that the brain, kidneys, and other organ system will be affected” – Reynaldo Martorell – 

“dietary improvements are importan but not sufficient; if we really want to eliminate stunting, we need to do more” – Jean Humprey, John Hopkins Bloomberg School of Public Health –

Saat ini berdasarkan beberapa survey yang dilakukan, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia masih cukup tinggi. Masih sekitar 24% BAB di tempat terbuka dan 14% tidak memiliki akses ke sumber air bersih (JMP, 2013) ; padahal ketika anak-anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, maka risiko mereka terkena penyakit menjadi lebih besar dan kemungkinan berulang juga tinggi, inilah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan mereka.

Apa upaya yang sudah di inisiasi di Indonesia? banyak… seperti  STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang merupakan sebuah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. 5 upaya pemicuan yang dilakukan untuk perubahan perilaku masyarakat yaitu 1) stop buang air besar sembarangan; 2) cuci tangan pakai sabun; 3) pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga ; pengamanan sampah rumah tangga; dan 5) pengamanan limbah cair rumah tangga. Adapula kampanye pengenalan PHBS (perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada masyarakat yang beberapa diantaranya terkait sanitasi yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di air bersih dan mengalir, menggunakan jamban sehat, serta penggunaan air bersih.

Namun pertanyaannya, apakah upaya ini telah terintegrasi dengan baik di semua sektor? misalnya bila bicara tentang penggunaan air bersih atau cuci tangan dengan sabun di air mengalir, bagaimana bisa dilakukan bila air bersih masih sulit dijumpai di beberapa wilayah? ini menjadi tantang besar untuk semua pihak, dan koordinasi seluruh stakeholder terkait di semua level dari pusat hingga kabupaten bahkan masyarakat secara langsung akan sangat menentukan terhadap keberhasilan menjawan tantangan ini. Jadi, sudah saatnya yang masih bekerja dengan sangat baik tetapi masih sendiri-sendiri mulai meningkatkan kolaborasinya sehingga tujuan pemberantasan stunting dari berbagai sisi dapat terwujud untuk perbaikan generasi ke depan. (YuniZ/dari berbagai sumber).

Hadiri dan kunjungi Bazar Buah, Sayur dan Ikan hari Jumat 7 April 2017..

$
0
0

Untuk mensukseskan Gerakan Masyarakat Sehat dengan fokus kegiatan Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah, Direktorat Gizi Masyarakat bekerjasama dengan Asosiasi Pasar Tani dibawah Binaan Ditjen Holtikulura Kementerian Pertanian dan Koperasi Mina utama Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menyelenggarakan bazar buah, sayur dan ikan pada hari Jumat, 7 April 2017. Bapak, Ibu Karyawan dan Karyawati Kementerian Kesehatan  serta Masyarakat disekitar lingkungan Kantor Kementerian Kesehatan kunjungi dan hadiri Bazar kami tersebut, terima kasih.

Peregangan menjelang liburan lebaran

$
0
0

Rutinitas peregangan setiap pukul 10.00 dan 14.00 WIB selalu kita laksanakan setiap hari kerja dengan instruktur video yang kami pasang di layar infokus rungan kerja kami. Agar setiap karyawan yang lupa gerakannya dapat mencontoh video diruangan kami. Salam Sehat

 

Bupati Sambas Gandeng SEAMEO RECFON Untuk Pengentasan Masalah Gizi

$
0
0

GIZINET-Sambas, 18/7/2017, pada tanggal 18 Juli yang baru lalu telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten Sambas dengan South East Asian Ministers of Education Organization – Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) dalam hal pembangunan kesehatan khususnya pembangunan Gizi Masyarakat. Penandatanganan oleh Bupati Kabupaten Sambas H. Atbah Romin Suhaili, Lc dengan Direktur SEAMEO RECFON dr. Muchtaruddin Mansyur, PhD dilaksanakan bertepatan dengan Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah Kabupaten Sambas yang disaksikan oleh Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Ir Doddy Izwardi MA. SEAMEO RECFON dan Poltekkes Pontianak siap memberikan dukungan pendampingan dalam perencanaan maupun pelaksanaan program gizi di Kabupaten Sambas. Tindak lanjut penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut segera ditindaklanjuti oleh Bappeda Kabupaten Sambas dengan melakukan Pertemuan Sinergitas Pendidikan dan Kesehatan yang difasilitasi oleh SEAMEO RECFON.

Masalah Gizi di Sambas

Membangun Indonesia di wilayah perbatasan yang menjadi prioritas Pemerintah RI tidak terkecuali bidang gizi dan kesehatan telah dijadikan sebagai pedoman kegiatan bagi SEAMEO RECFON. Tentu saja dengan adanya Nota Kesepahaman dengan Pemkab Sambas memantapkan sebagai salah satu daerah tujuan kegiatannya. SEAMEO RECFON yang merupakan Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia ini bersama Poltekkes Kemenkes Pontianak telah melakukan survei pada ibu hamil dan baduta (bayi usia 2 tahun) yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan PemKab Sambas mengkonfirmasi dan menyajikan informasi terbaru gambaran gizi masyarakat di Kabupaten Sambas. Ditemukan bahwa prevalensi anemia pada Ibu hamil dan baduta tergolong pada permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat tinggi (berturut-turut 61,7% dan 72%). Sementara indikator status gizi lain yaitu kurang gizi akut (biasa disebut wasting/kurus) juga termasuk ke dalam permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat tinggi (14,4%), diikuti masalah gizi kronis seperti stunting/pendek dan gizi kurang masing-masing 28,4% dan 14,4%. Profil permasalahan gizi di Propinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan masih di atas angka nasional.

Optimalkan Sumber Daya Gizi dari Makanan Nusantara

Sesungguhnya penyebab masalah gizi tidak melulu karena ketidaktersediaan pangan dan makanan bergizi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi ini adalah masih rendahnya kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh Ibu hamil dan anak. Penyebabnya antara lain pengetahuan pengasuh/Ibu tentang gizi yang masih rendah, termasuk rendahnya pemanfaatan menu makanan bergizi berbasis makanan nusantara setempat. Makanan nusantara yang berasal dari Sambas sendiri sesungguhnya sangat kaya. SEAMEO RECFON mempunyai metode yang dapat digunakan untuk mengenali dan mengoptimalkan sumber daya setempat untuk diolah menjadi menu harian yang bergizi.

Memutus Lingkaran Setan berfokus Remaja dan Sekolah

Beberapa kajian menjelaskan bahwa status gizi ibu hamil berhubungan dengan status gizi bayinya. Apabila ditarik ke belakang mengenai para ibu ini, mereka adalah para remaja yang status gizinya bersifat berkesinambungan. Gangguan gizi pada remaja, katakanlah anemia atau kurang darah akan menjadi parah ketika terbawa sampai usia kawin dan hamil. Ketika hamil dengan kurang darah dan kurang gizi lainnya maka akan meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, atau setidaknya melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan bermasalah gizi. Masalah berlanjut selayaknya lingkaran setan yang semestinya dapat diputus untuk melahirkan generasi yang lebih sehat. Status gizi yang baik sejak remaja dapat berlanjut pada status gizi mereka saat menjadi calon ibu, dan seterusnya berperan dalam kualitas generasi penerus kita. Dengan demikian, selain menyasar balita dan ibu hamil, penting mengarahkan remaja menjadi salah satu sasaran pembangunan gizi. Dan karena remaja selain berada di masyarakat mereka juga bersekolah, sekolah menjadi wahana edukasi yang efektif untuk upaya pembentukan kebiasaan hidup bersih sehat dan bergizi. Hasil ini diharapkan dapat lebih menajamkan program gizi di masyarakat melalui pendekatan keluarga dan sekolah. Disadari bahwa pengentasan permasalahan gizi bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan tetapi berbagai pihak, oleh karena itu kemitraan menjadi strategi yang penting.

Sumber: Judhiastuty Februhartanty Manajer Unit KMP Gedung SEAMEO RECFON Kampus UI Salemba Jl. Salemba Raya 6. Jakarta Tel. 021 31930205 ext 203 E-mail: judhiastuty@yahoo.com

Gizi Untuk Prestasi – Nutrition Goes to School Menuju masa depan bangsa yang berdaya saing

$
0
0

Jakarta-GIZINET, 9/8/2017. Gizi optimal sangat dibutuhkan sepanjang fase hidup, diantaranya untuk pertumbuhan dan perkembangan, fungsi reproduksi, masa kehamilan dan menyusui, penyembuhan dari penyakit, aktifitas fisik, fungsi kognitif, produktifitas hingga pencegahan penyakit degeneratif. Telah dipahami bahwa kecukupan gizi di 1000 hari pertama kehidupan berdampak besar pada kesehatan ibu dan anak. Namun perlu dipahami pula bahwa di era transisi gizi, tren peningkatan proporsi kegemukan dan obesitas juga memerlukan perhatian selain masalah gizi kurang yang belum juga dapat dieradikasi. Kondisi ini bahkan dialami oleh anak-anak usia prasekolah dan sekolah. Pola hidup bersih sehat dan bergizi perlu ditanamkan sejak dini dan sekolah menjadi wahana yang tepat untuk pembentukan budaya hidup sehat bergizi.

Fenomena masalah gizi di atas teramati melalui berbagai penelitian yang dilakukan oleh SEAMEO RECFON sebagai pusat kajian pangan dan gizi regional pada periode 3 tahun terakhir. Hasil-hasil penelitian terkait dengan gizi anak sekolah, gizi ibu dan anak, serta transisi gizi dipresentasikan pada ajang diseminasi hasil riset yang berskala regional pada tanggal 9 Agustus 2017. Sebanyak 75 studi yang masuk dalam 5 kelompok studi seperti Keamanan Pangan, Nutrigenomics dan Nutrigenetics, Gizi dan Penyakit, Kebijakan dan Program Gizi, serta Praktik Baik dalam Pengukuran Status Gizi telah dilakukan selama periode tahun 2014-2016 Selain para peneliti dari SEAMEO RECFON, beberapa pakar pendidikan gizi di Asia Tenggara hadir untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman seperti Dr. Rani Samugram (Singapore Helath Promotion Board), Prof. Corazon Barba (UPLB-Filipina), dan Dr. Siti Rohaiza (Universiti Brunei Darussalam). Seminar ini dihadiri oleh akademisi, peneliti, kalangan pemerintah dari berbagai kementerian terkait, LSM, sektor swasta, alumni, dan media, serta para pakar dari Australia, Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, and Singapura.

Acara ini dibuka oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr. Muchtaruddin Mansyur, arahan diberikan oleh perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr. Veronica Enda Wulandari (Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Kemdikbud RI), dan Keynote Speech disampaikan oleh perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas Dr. Pungkas Bahjuri Ali (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas).
“Seminar Diseminasi ini merupakan upaya ke-5 yang telah dilakukan SEAMEO RECFON sejak tahun 2003. Seminar kali ini menitikberatkan kontribusi SEAMEO RECFON dalam penelitian seputar gizi pada anak sekolah, sesuai dengan fokus studi yang disebut Nutrition Goes to School atau Gizi untuk Prestasi” disampaikan oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr. Muchtaruddin Mansyur dalam pidato pembukaan seminar.
Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Veronica Enda Wulandari menyampaikan dalam pidatonya bahwa “Gizi kesehatan dan pendidikan merupakan modal dasar bagi perkembangan anak yang berdampak pada performa akademis dan produktivitas. Karenanya dari perspektif Kemdikbud RI, seminar ini merupakan langkah penting dalam penyebaran dan pertukaran informasi dan pengalaman di bidang gizi dan pendidikan.”

“Investasi pendidikan gizi dan kesehatan sejak dini di sekolah melalui PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) memegang peranan penting dalam pembentukan kebiasaan hidup bersih sehat dan bergizi bagi anak-anak Indonesia. Anak kurang gizi berkontribusi pada rendahnya daya saing sumberdaya manusia Indonesia serta menambah kompleksitas bonus demografi di masa mendatang.” dijelaskan oleh Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Dr. Pungkas Bahjuri Ali.
Seminar ini terdiri dari 2 Sesi Pleno yang bertema 1) Pendekatan Komprehensif untuk Peningkatan Gizi melalui Sekolah, 2) Bukti Terkini di Asia Tenggara tentang Lingkungan Pangan (Food Environment) di Sekolah. Di antara kedua sesi pleno ini dilaksanakan 3 sesi paralel yang bertema 1) Gizi Anak Sekolah, 2) Gizi Ibu dan Anak, 3) Transisi Gizi pada Masyarakat Perkotaan. Selain itu, pada seminar ini juga disampaikan hasil lokakarya yang telah dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2017 tentang 1) harmonisasi pembuatan catalog riset online di Asia Tenggara, dan 2) pembentukan kelompok kerja promosi gizi berbasis sekolah di Asia Tenggara.

Pada kesempatan ini juga dilakukan Pengumuman Pemenang Lomba Video Dokumenter untuk siswa SMA/SMK/MA dengan tema Sekolahku Sehat dan Bergizi. Sebanyak 30 video diikutsertakan dalam lomba ini oleh sekolah dari berbagai wilayah di Indonesia. Tujuh finalis adalah berasal dari SMA dan SMK negeri dan swasta di kota Bandung, Batam, Batu, Bogor, Sukabumi, dan Gresik. Para siswa pemenang dan guru pembimbing juga melakukan tur ke Gedung SEAMEO RECFON di dalam kompleks Kampus Universitas Indonesia di Salemba, untuk melakukan panen sayuran serta pengukuran status gizi.

Selain itu, pada acara seminar ini dilakukan Peluncuran 2 buah Buku dan Kumpulan Rencana Ajar masing-masing berjudul 1) Gizi dan Kesehatan Anak Sekolah Dasar, 2) Gizi dan Kesehatan Remaja yang dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kedua buku yang disusun oleh tim dari SEAMEO RECFON, guru, psikolog serta staf dari Kemdikbud dan Kemenkes RI ini merupakan tindak lanjut dari hasil beberapa penelitian SEAMEO RECFON yang menunjukkan bahwa guru memerlukan peningkatan kapasitas untuk topik gizi dan kesehatan, guru juga mempunyai keterbatasan mengakses materi ajar dan alat bantu yang siap pakai.

Terselenggaranya acara ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan program dan kebijakan terkait gizi. Dan bagi masyarakat secara umum, seminar ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi anak sekolah demi tercapainya generasi masa depan yang berdaya saing.

Tentang SEAMEO RECFON:

Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) merupakan organisasi menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara didirikan pada tahun 1967 dengan mandat mengembangkan pusat regional di bidang gizi komunitas, namun kemudian bertransformasi menjadi pusat pangan dan gizi regional pada tahun 2011. SEAMEO RECFON merupakan satu dari 21 pusat SEAMEO lainnya yang tersebar di negara Asia Tenggara. SEAMEO RECFON merupakan sebuah unit di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang berlokasi di Universitas Indonesia, yang mempunyai misi untuk menyelenggarakan pendidikan, peningkatan kapasitas, penelitian dan penyebaran informasi di bidang pangan dan gizi melalui strategi kemitraan demi tercapainya pengembangan sumberdaya manusia yang berkelanjutan. Hingga saat ini, telah dihasilkan sebanyak lebih dari 3000 alumni dan penerima manfaat yang berasal dari organisasi di bidang gizi, kesehatan, pertanian, pendidikan, dan bidang terkait lainnya yang tersebar baik di dalam maupun di luar kawasan Asia Tenggara.

Kontak media
Judhiastuty Februhartanty
Manager Knowledge Management and Partnership
Tel. 021 31930205 ext 204
Hp. 08129260634
e-mail: judhiastuty@yahoo.com, jfebruhartanty@seameo-recfon.org
www.seameo-recfon.org


Posyandu-Qu, Merubah Tantangan Menjadi Peluang (Sepengggal Cerita Mohamad Rosihan – Nutrisionis Teladan dari Puskesmas Ceper)

$
0
0

Jakarta, GIZINET (31/8). Masalah adalah sebuah kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik – mungkin quote ini cocok disematkan sebagai perumpamaan atas apa yang telah dicapai oleh Mohamad Rosihan, seorang Nutrisionis dari Puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah .

Berawal dari pengalaman pribadi tentang sulitnya membuat laporan gizi yang cukup kompleks, Mohamad Rosihan mencoba mulai berfikir bagaimana cara menyederhanakannya. Pembagian umur menjadi beberapa kategori dan masing-masing kategori harus dipilah lagi gendernya dari setiap item laporan SKDNOTB 2T BGM, belum lagi harus menentukan status gizi setiap balita dan terkadang persentase cakupan yang tidak bermakna dengan keadaan di lapangan menjadi bahan pertimbangan saat ia mencoba mencari ide.

Pada akhirnya Mohamad Rosihan berhasil menelurkan sebuah inovasi gizi berupa aplikasi sederhana yang dinamakan Posyandu-Qu. Selain itu, dengan aplikasi yang ia buat juga dapat membantu deteksi dini masalah gizi balita menjadi lebih mudah dan cepat, sehingga bisa segera ditindaklanjuti untuk penanganannya. Ketika telah terbukti aplikasi yang digunakan sangat membantu pekerjaannya sehari-hari khususnya saat membuat laporan gizi, pria berusia 42 tahun ini pun mendiseminasikan kepada nutrisionis lainnya yang pada akhirnya juga merasa sangat terbantu dengan aplikasi ini.

Kini pengguna aplikasi Posyandu-Qu semakin luas. Pelatihan telah dilakukan di beberapa daerah baik di Jawa atau luar Jawa, seperti di Dinkes Kota Yogyakarta, Dinkes Kota Sleman, Dinkes Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, Dinkes Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Dinkes Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan, Dinkes Propinsi Jawa Tengah dan lainnya.

Kerja keras Petugas Gizi dari  Puskesmas Ceper ini pun membuahkan hasil yang menggembirakan. Selain dapat membantu sesama petugas gizi, Mohamad Rosihan, S.Gz pada tahun 2017 ini dinobatkan  menjadi Nutrisionis Teladan Puskesmas tingkat Nasional mewakili Propinsi Jawa Tengah. Selain itu inovasi tersebut juga menjadi Juara I untuk kategori Makalah Terbaik di antara inovasi program gizi yang lain. Selamat Pak, semoga semakin giat berinovasi dan menjadi contoh teladan penyemangat petugas gizi lainnya di seantero Nusantara. (YuniZ/sumber : Mohamad Rosihan, S.Gz – TPG Puskesmas Ceper, Klaten)

Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (Balita-Ibu Hamil-Anak Sekolah)

$
0
0

Petunjuk Teknis ini masih berupa Draf Final, secara substansi sudah tidak ada koreksi lagi dan sedang proses cetak, silahkan Download Juknis PMT 2017  sebagai acuan pedoman untuk Manajemen Pengelolan Makanan Tambahan di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

Cara perhitungan untuk sewa gudang Makanan Tambah (MT) Balita, Ibu Hamil dan Anak Sekolah Dasar Tahun 2017

$
0
0

Para pengelola program Gizi Kesehatan Masyarakat di Provinsi, untuk menghitung volume gudang terkait penyimpanan Makanan Tambahan untuk Balita, Ibu Hamil dan Anak Sekolah berikut contoh perhitungannya silahkan dijadikan pedoman untuk sewa gudang dimasing-masing Provinsi.

Silahkan download : Ukuran Dimensi Karton PMT 2017

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017

$
0
0

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2017 ini merupakan perwujudan salah satu tolok ukur dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan berkaitan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam memberikan pelayanan prima serta menyampaikan pertanggung-jawaban kinerja kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya, sekaligus menyampaikan proses pencapaian hasil, permasalahan dan upaya pemecahan masalah di tahun 2017.

Laporan Selengkapnya Klik disini

Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XI Bidang 1 : Peningkatan Gizi Masyarakat

$
0
0

Jakarta, GIZINET (24/5) Pembangunan ketahanan pangan yang holistik seharusnya juga berarti pembangunan ketahanan gizi. Tantangan penyediaan pangan dan perbaikan gizi ke depan semakin berat karena adanya perubahan lingkungan strategis, baik dari dalam maupun luar negeri. Semakin banyak jumlah penduduk, maka dipastikan kebutuhan akan pangan semakin tinggi. Pemenuhan kebutuhan gizi tidak semata untuk mengenyangkan perut saja, tetapi dibutuhkan pangan yang berkualitas, dengan keragaman untuk pemenuhan gizi yang seimbang sesuai kebutuhan tubuh, dan akan lebih baik bila bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan, kedaulatan pangan, dan kemandirian pangan dapat saling berperan dalam menguatkan aspek ketersediaan, keterjangkauan, keamanan dan pemanfaatan pangan bagi masyarakat Indonesia.

 

Ketahanan pangan dan gizi harus mampu menjangkau hingga tingkat keluarga untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan dan penurunan derajat kesehatan masyarakat. Persoalan yang dihadapi saat ini adalah masih tingginya jumlah penduduk miskin dan rawan pangan. Meskipun sudah ada penurunan jumlah penduduk miskin, namun masih banyak kelompok penduduk yang rentan terutama terhadap kenaikan harga-harga pangan dan non pangan sehingga dapat berdampak pada meningkatnya kondisi kerawanan pangan. Dampak langsung dari kerawanan pangan adalah kekurangan gizi yang menyebabkan weight faltering atau weight loss dalam WHO 2016 disebut at risk of failure to thrive atau dikenal dengan istilah berisiko gagal tumbuh. Jika terjadi jangka panjang akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan linier (stunting), hambatan perkembangan, penurunan kemampuan berpikir, menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, dan terjadinya penyakit tidak menular seperti obesitas, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dll yang dalam jangka panjang dapat menurunkan daya saing bangsa. Kejadian ini sudah nampak jelas di Indonesia, dengan angka stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat serta kejadian penyakit non infeksi yang semakin meningkat.

Penanggulangan masalah stunting merupakan tanggung jawab bersama dengan tujuan utama perbaikan sumber daya manusia. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke-XI (WNPG-XI) sebagai salah satu forum lintas pemangku kepentingan yang berperan dalam mensinkronisasikan berbagai program kebijakan pangan dan gizi diharapkan dapat berkontribusi secara nyata dalam memberikan rekomendasi arah sinergitas berbagai program percepatan penurunan stunting.

WNPG-XI tahun 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 3-4 Juli 2018 mendatang, dengan mengusung        5 topik bidang yaitu :

Bidang 1 : Peningkatan Gizi Masyarakat

Bidang 2 : Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam

Bidang 3 : Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan

Bidang 4 : Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Bidang 5 : Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi

Sebagai koordinator Bidang 1, Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Kesehatan Masyarakat – Kementerian Kesehatan RI telah melaksanakan rangkaian pertemuan koordinasi dan  diskusi kelompok yang mengulas materi terkait upaya peningkatan gizi masyarakat dengan fokus pada penanggulangan stunting  dari sisi standard, program, dan riset. Kegiatan tersebut melibatkan kelompok kerja standar mutu dan kecukupan gizi serta lintas kementerian/lembaga, mitra pembangunan, masyarakat madani, swasta, profesi dan akademisi.  Rangkaian kegiatan tersebut selanjutnya disinergikan melalui Pra-WNPG XI yang dilaksanakan pada tanggal 22 – 23 Mei 2018 sebagai tahap akhir persiapan menuju WNPG-XI.

Dalam arahan sekaligus membuka pertemuan Pra-WNPG XI, Menteri Kesehatan RI menekankan pentingnya penanggulangan stunting melalui 3 komponen yaitu pola asuh, pola makan, serta air bersih-sanitasi. Optimalisasi peran pada 3 komponen tersebut dapat dilaksanakan melalui pendekatan keluarga dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pembahasan yang lebih komprehensif melibatkan perwakilan pemerintah daerah (Bupati Gorontalo), industri (Ketua Umum GAPMMI), masyarakat madani (Fatayat NU), akademisi (Prof. dr. Hamam Hadi, MS, Sc.D), dan pakar gizi (Dr. Abas Basuni Jahari, M.Sc), serta partisipasi aktif dari narasumber dan para peserta, pada akhir proses didapatkan masukan yang lebih beragam dan aplikatif sebagai draft rekomendasi yang akan dibawa ke forum WNPG-XI. (YuniZ/dari berbagai sumber)

Materi Pra-WNPG XI Bidang 1 : Peningkatan Gizi Masyarakat dapat diunduh dibawah ini :

ALG Sugiyono

Analisis Lanjut SDT-SKMI Dewi Permaesih

DKPI Marudut

Eksplorasi data SUSENAS

Gizi Seimbang Benny Kodyat

Surveilans Giri Wurjandaru

STUDI KOHOR TKA Yekti Widodo

Paparan PKDK & PKMK

Pangan Lokal TTG LIPI

Pangan Lokal BPTBA LIPI

Pangan Fungsional Rina Agustina

Lesson Learnt Asia Tenggara Umi Fahmida

BAHAN KESGA_PRAWNPG 2018

 

fortifikasi Drajat Martianto

Keynote Menkes

teknik pelabelan gizi RImbawan

TINJAU-ULANG (REVIEW) AKG Hardinsyah

 

 

Viewing all 547 articles
Browse latest View live