GIZINET-Sambas, 18/7/2017, pada tanggal 18 Juli yang baru lalu telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten Sambas dengan South East Asian Ministers of Education Organization – Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) dalam hal pembangunan kesehatan khususnya pembangunan Gizi Masyarakat. Penandatanganan oleh Bupati Kabupaten Sambas H. Atbah Romin Suhaili, Lc dengan Direktur SEAMEO RECFON dr. Muchtaruddin Mansyur, PhD dilaksanakan bertepatan dengan Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah Kabupaten Sambas yang disaksikan oleh Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Ir Doddy Izwardi MA. SEAMEO RECFON dan Poltekkes Pontianak siap memberikan dukungan pendampingan dalam perencanaan maupun pelaksanaan program gizi di Kabupaten Sambas. Tindak lanjut penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut segera ditindaklanjuti oleh Bappeda Kabupaten Sambas dengan melakukan Pertemuan Sinergitas Pendidikan dan Kesehatan yang difasilitasi oleh SEAMEO RECFON.
Masalah Gizi di Sambas
Membangun Indonesia di wilayah perbatasan yang menjadi prioritas Pemerintah RI tidak terkecuali bidang gizi dan kesehatan telah dijadikan sebagai pedoman kegiatan bagi SEAMEO RECFON. Tentu saja dengan adanya Nota Kesepahaman dengan Pemkab Sambas memantapkan sebagai salah satu daerah tujuan kegiatannya. SEAMEO RECFON yang merupakan Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia ini bersama Poltekkes Kemenkes Pontianak telah melakukan survei pada ibu hamil dan baduta (bayi usia 2 tahun) yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan PemKab Sambas mengkonfirmasi dan menyajikan informasi terbaru gambaran gizi masyarakat di Kabupaten Sambas. Ditemukan bahwa prevalensi anemia pada Ibu hamil dan baduta tergolong pada permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat tinggi (berturut-turut 61,7% dan 72%). Sementara indikator status gizi lain yaitu kurang gizi akut (biasa disebut wasting/kurus) juga termasuk ke dalam permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat tinggi (14,4%), diikuti masalah gizi kronis seperti stunting/pendek dan gizi kurang masing-masing 28,4% dan 14,4%. Profil permasalahan gizi di Propinsi Kalimantan Barat secara keseluruhan masih di atas angka nasional.
Optimalkan Sumber Daya Gizi dari Makanan Nusantara
Sesungguhnya penyebab masalah gizi tidak melulu karena ketidaktersediaan pangan dan makanan bergizi. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi ini adalah masih rendahnya kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh Ibu hamil dan anak. Penyebabnya antara lain pengetahuan pengasuh/Ibu tentang gizi yang masih rendah, termasuk rendahnya pemanfaatan menu makanan bergizi berbasis makanan nusantara setempat. Makanan nusantara yang berasal dari Sambas sendiri sesungguhnya sangat kaya. SEAMEO RECFON mempunyai metode yang dapat digunakan untuk mengenali dan mengoptimalkan sumber daya setempat untuk diolah menjadi menu harian yang bergizi.
Memutus Lingkaran Setan berfokus Remaja dan Sekolah
Beberapa kajian menjelaskan bahwa status gizi ibu hamil berhubungan dengan status gizi bayinya. Apabila ditarik ke belakang mengenai para ibu ini, mereka adalah para remaja yang status gizinya bersifat berkesinambungan. Gangguan gizi pada remaja, katakanlah anemia atau kurang darah akan menjadi parah ketika terbawa sampai usia kawin dan hamil. Ketika hamil dengan kurang darah dan kurang gizi lainnya maka akan meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi, atau setidaknya melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan bermasalah gizi. Masalah berlanjut selayaknya lingkaran setan yang semestinya dapat diputus untuk melahirkan generasi yang lebih sehat. Status gizi yang baik sejak remaja dapat berlanjut pada status gizi mereka saat menjadi calon ibu, dan seterusnya berperan dalam kualitas generasi penerus kita. Dengan demikian, selain menyasar balita dan ibu hamil, penting mengarahkan remaja menjadi salah satu sasaran pembangunan gizi. Dan karena remaja selain berada di masyarakat mereka juga bersekolah, sekolah menjadi wahana edukasi yang efektif untuk upaya pembentukan kebiasaan hidup bersih sehat dan bergizi. Hasil ini diharapkan dapat lebih menajamkan program gizi di masyarakat melalui pendekatan keluarga dan sekolah. Disadari bahwa pengentasan permasalahan gizi bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan tetapi berbagai pihak, oleh karena itu kemitraan menjadi strategi yang penting.
Sumber: Judhiastuty Februhartanty Manajer Unit KMP Gedung SEAMEO RECFON Kampus UI Salemba Jl. Salemba Raya 6. Jakarta Tel. 021 31930205 ext 203 E-mail: judhiastuty@yahoo.com